Surga Tersembunyi di Taman Nasional Betung Kerihun
Sungai Kapuas dari udara |
Bayangkanlah
Anda sedang berperahu di sebuah sungai berair jernih yang kedua tepinya padat
oleh hutan hujan tropis sambil mendengarkan kicau burung bersahutan dan
lengkingan kelampiau (sejenis monyet), lalu seekor kupu-kupu RajaBrook terbang
di dekat wajah Anda. Ini hanya bisa dialami di Taman Nasional Betung Kerihun
(TNBK) di kabupaten Kapuas Hulu; tepatnya di jantung Kalimantan Barat.
Raja Brook |
TNBK yang
seluas 800.000 hektar ini dahulu namanya Cagar Alam Bentuang Karimun. Penamaan
Betung Kerihun diambil dari dua gunung yaitu Gunung Betung (1.150 m) di sebelah
barat dan Gunung Kerihun (1.790 m) di sebelah timurnya. Sebagian besar
topografi TNBK berupa perbukitan, dari bentangan Pegunungan Muller yang
menghubungkan kedua gunung tersebut sekaligus sebagai pembatas antara wilayah
Indonesia dengan Serawak, Malaysia.
Mendarat di Putussibau |
Longboat |
Menurut
Kepala Balai Besar TNBK, Ir Djohan Utama Perbatasari MM, tampaknya ecotourism
perlu lebih ditingkatkan untuk empat kawasan menarik yaitu DAS (Daerah Aliran
Sungai) Embaloh, DAS Mendalam, DAS Sibau dan DAS Kapuas ini. Kegiatan susur
sungai yang dipadu dengan pengamatan flora-fauna, trekking ringan ke air
terjun, memancing atau body rafting cukup menantang bagi wisatawan dalam dan
luar negeri.
Salah satu
wisatanya adalah melayari sungai Kapuas dari Putussibau menuju Nanga Bungan dan
Tanjung Lokang, desa yang dihuni suku Dayak Punan Hovongan. Perjalanan
menggunakan longboat tersebut melintasi beberapa rintangan seperti jeram dan
kedangkalan sungai, plus pemandangan ladang tradisional, hutan meranti,
penambangan emas dan kampung-kampung Dayak maupun Melayu. Setidaknya lebih dari
10 jeram yang menghadang perjalanan menuju Nangan (muara) Bungan.
Bungan Jaya |
Sejauh mata memandang terlihat rainforest yang rapat dan masih perawan. Di pagi hari terlihat bukit-bukit hijau di kejauhan berselimut kabut. Beberapa rumah penduduk menjual kerajinan manik-manik seperti tas tangan, dompet, topi, rompi, juga mandau (senjata khas suku Dayak).
Desa Tanjung Lokang |
Kalau debit
air tinggi maka kondisi lebih berbahaya karena batu seukuran mobil truk atau
rumah tersebut tidak terlihat. “Bila sangat berbahaya, kami angkut perahu
melalui jembatan kayu,” ujar Simon, pengemudi longboat. Masih ada lagi riam
Homatop yang juga berbahaya namun dapat dinikmati dari dalam perahu, sebelum
akhirnya merapat di Tanjung Lokang. Apabila riam Bakang belum memacu adrenalin
pehobi rafting, masih ada riam Lapan yang bertingkat delapan dan riam Matahari
yang super dahsyat. Grade kedua riam itu antara 5 sampai 6.
Riam Bakang |
Empat jam
berjalan kaki dari desa akan banyak ditemukan gua dan sarang burung walet.
Beberapa Liang(lubang gua) bersejarah dan merupakan makam leluhur masyarakat
Dayak yang disebut ‘tembawang’, misalnya Liang Kahung. Di dalam gua tersebut
masih dapat dilihat tulang belulang dan tengkorak manusia. Tempat tersebut
ideal bagi pencinta caving dan rock climbing.
Rumah Betang Desa Sadap |
Sungai
Embaloh yang berair hijau mengalir di depan desa yang menjadi pintu masuk TNBK
tersebut. Panjang sungai ini 168 km dengan kedalaman 1-2 meter. Salah satu
destinasi menariknya adalah Tekelan, yang bisa dicapai dengan longboat berkekuatan 15 PK
selama 3 jam. Para pencinta alam liar pasti terpesona kala perahu masuk ke
jantung kawasan yang kaya akan pepohonan hutan hujan tropis serta aneka flora-fauna ini. Kalau beruntung bisa melihat orangutan,
rusa, biawak dan burung-burung seperti pecuk ular, raja udang dan enggang
gading. Kegiatan bird watching sangat ideal disini.
Ikan Semah |
Areal Camping |
Camp Nanga
Tekelan atau camp Langsat terletak di sungai Tekelan, cabang sungai Embaloh.
Kedua tempat ini sudah memiliki areal untuk berkemah, lengkap dengan toilet dan kamar
mandi. Air tawar yang bersih dan segar mengalir melalui selang. “Air ini sama
kualitasnya dengan air minum menurut peneliti Jerman yang pernah kesini,” kata
Irawan. Hutan perawan di belakang lokasi berkemah masih rapat namun bisa menjadi
jalur trekking ringan. Kalau ada rumah pohon kegiatan pengamatan pasti lebih
menarik. Pantai berbatu di pinggir sungai cukup lebar untuk bersantai sambil
menikmati api unggun di malam hari. Jika ingin berenang cukup di sekitar
pantainya karena arus air sungai agak deras.
Sungai Tekelan yang jernih dan layak minum |
Tak jauh
dari Derian terdapat riam Naris yang sukar dilalui perahu. Pada musim kemarau,
di antara riam Naris dan sungai Pajau, dibalik kejernihan air, wisawatan dapat
melihat komunitas ikan semah berenang di tengah sungai yang menyerupai kolam.
Dari riam Naris wisatawan juga dapat melakukan board rafting atau body rafting
menuju camp Derian. Tentu saja sudah dengan pengaman di beberapa titik sungai.
Air Terjun Dajo |
Bagi
wisatawan ecotourism, rumah betang sangat menarik. Sebuah rumah betang asli
yang tertua (usianya 100 tahun) milik masyarakat Dayak Tamambaloh ada di desa
Sungai Uluk Palin, Kecamatan Putussibau Utara. Lokasinya sudah termasuk DAS
Sibau dan berjarak 45 menit berkendara dari Putussibau. Panjang bangunan 240
meter, lebar 18 meter dan tinggi 8 meter.
Betang Baligundi |
Walaupun tingginya sudah turun tiga
kali dari semula yang 12 meter, inilah rumah betang tertinggi dan terpanjang di
Kalimantan Barat. Fondasinya terbuat dari kayu belian atau kayu besi; kayu
terkuat di jenis pepohonan. Sekitar 137 KK menempati 53 bilik di rumah
tersebut. Disini wisatawan bisa membeli kerajinan anyaman dan aksesoris dari
manik-manik buatan penghuni rumah.
Kalau ingin
merasakan tinggal bersama kaum Dayak Taman, datanglah ke rumah betang Baligundi
di desa Sibau Hulu. Total panjang betang 150 meter dengan 23 bilik yang
beberapa diantaranya bisa disewa oleh wisatawan. Rumahnya tidak setinggi
Sungulok Apalin namun atraksi wisata dan layanan ramah pemilik bilik pasti tak
kan terlupakan. ***
Foto: Koleksi Pribadi
Foto: Koleksi Pribadi
Mudah-mudahan saya bisa kesana..
BalasHapusMakasih ya atas share tentang Ikan ini sangat bermanfaat
BalasHapusapakah anda memiliki kontak pihak TN Betung Kerihun? Terima kasih
BalasHapus